assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatu
Berkatalah yang baik atau diam...
Kita sebagai manusia memang telah diberikan banyak sekali nikmat oleh Allah
Termasuk nikmat dapat berbicara.
Akan tetapi…. banyak yang salah menggunakan nikmat ini.
Mereka tak mengerti bahwa mulut yang telah dikaruniakan oleh-Nya
seharusnya dapat dijaga dengan baik dan digunakan hanya untuk kebaikan.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir (Kiamat), hendaklah ia berkata yang baik atau diam” (Muttafaq ‘Alaihi)
Lalu dalam hadist lain disebutkan:
“Allah memberi rahmat kepada orang yang berkata baik lalu mendapat keuntungan, atau diam lalu mendapatkan keselamatan.” (HR Ibnul Mubarak)
Demikianlah....
Lidah seseorang itu sangat berbahaya sehingga dapat mendatangkan banyak kesalahan.
Imam Ghazali telah menghitung ada 20 bencana karena lidah...
antara lain berdusta, ghibah (membicarakan orang lain), adu domba, saksi palsu, sumpah palsu, berbicara yang tidak berguna, menertawakan orang lain, menghina orang lain, dsb.
Mengenai ghibah, ada ayat tersendiri dalam Al-Quran yang membahasnya:
“Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan),
karena sebagian dari prasangka itu dosa.
Dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Hujurat: 12)
Lebih jauh lagi manusia hendaklah dipandang dari lahiriahnya.
Tidak ada seorangpun yang berhak menghukum atas bathiniyahnya.
Tidak ada seorangpun yang berhak menghukum manusia kecuali berdasarkan penyimpangan dan kesalahan yang tampak.
Seseorang tidak boleh menyangka,
mengharapkan,
atau bahkan mengetahui…
bahwa mereka melakukan suatu penyimpangan secara sembunyi-sembunyi
lalu diselidiki untuk memastikannya.
Yang boleh dilakukan atas manusia
adalah menghukum mereka saat kesalahannya terjadi dan terbukti.
Kita sebagai saudara tidak berhak untuk mencari-cari kesalahan orang lain
lalu menyebarkannya.
Rasulullah ditanya:
“Hai Rasulullah apakah GHIBAH itu?”
Nabi saw menjawab:
“Kamu menceritakan saudaramu mengenai apa yang TIDAK DISUKAINYA”.
Beliau ditanya lagi:
“Bagaimana menurut engkau jika yang dikemukakan itu ada pada dirinya?”
Nabi menjawab,
”Jika yang kamu katakan itu ada pada dirinya,
berarti kamu MENGUMPATnya.
Jika tidak ada pada dirinya,
berarti kamu telah BERDUSTA tentang dia” (HR Tirmidzi)
Jadi, sebaiknya kita memelihara perbuatan kita,
dan jangan menghambur-hamburkan perkataan
yang sekiranya dapat membahayakan kita.
Umumnya manusia yang BANYAK omong
selalu berbuat SALAH dan DOSA.
Karena itu, mukmin yang senantiasa merasa diawasi oleh Allah
wajib mengerti bahwa PERKATAAN itu termasuk amalannya yang kelak akan dihisab: amalan baik maupun buruk.
Karena pena Ilahi tidak mengalpakan satupun perkataan yang diucapkan manusia.
Ia pasti mencatat dan memasukkannya ke dalam buku amal.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya,
dan Kami lebih DEKAT kepadanya daripada urat lehernya.
(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya,
seorang duduk di sebelah kanan
dan yang lain duduk di sebelah kiri.
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf: 16-18)
Komentar
Posting Komentar