Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Seri Sahabat Rasul: Sa'id bin Zaid

Sa'id adalah anak dari Zaid bin 'Amr bin Nufail. Ia merupakan sepupu sekaligus saudara ipar 'Umar bin Khattab bin 'Amr bin Nufail, karena Sa'id adalah suami dari Fathimah bintu Khattab, saudara perempuan 'Umar. Ayahnya, Zaid bin 'Amr adalah seorang istimewa yang Allah berkahi kehidupannya karena keteguhan imannya di tengah-tengah jahilnya kaum kuffar. Disaat yang lain menyembah berhala, ia tetap meng-Esakan Allah. Disaat yang lain mengubur anak perempuannya karena malu, ia tetap menjaga anaknya bahkan mau mengadopsi anak perempuan orang lain supaya tidak terbunuh. Ya, ia lah orang yang langka saat itu, ayahnya Sa'id, Zain bin 'Amr. Dari ayahnya yang hanif¹ itulah, lahir sesosok laki-laki yang Allah cintai. Berkat doa ayah Sa'id di akhir hayatnya, jadilah Sa'id termasuk dalam golongan yang Allah selamatkan hatinya dari kekafiran. Mendengar kabar kenabian dan kerasulan Muhammad shallallaahu 'alaihi wassallam, Sa'id dan istriny

Seri Sahabat Rasul: Sa'ad bin Abi Waqqash

Sa'ad bin Abi Waqqash lahir di Mekah dari golongan Bani Zuhrah, sama seperti Abdurrahman bin 'Auf. Ia memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan Rasulullah dari jalur ibu beliau, Aminah bintu Wahab. Ayahnya Sa'ad adalah anak pamannya Aminah, artinya Sa'ad adalah keponakannya Aminah. Maka, Sa'ad juga bisa disebut sebagai pamannya Rasulullah, meskipun usianya lebih muda 25 tahun dari Rasulullah. Sa'ad telah memeluk Islam saat berusia 17 tahun. Bersama dengan keempat kawannya; Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin 'Auf dan Thalhah bin Ubaidillah, mereka masuk Islam melalui perantara Abu Bakar Ash-Shiddiq. Sejak kecil, Sa'ad sudah pandai membuat anak panah. Tak jarang para pemburu membeli anak panah buatannya dan mereka puas dengannya. Hingga ketika dewasa, anak panahnya mampu ia gunakan sendiri dalam medang peperangan. Rasulullah pernah mendoakannya menjadi pemanah yang panahannya tepat dan doanya akan senantiasa dikabulkan ol

Seri Sahabat Rasul: Abdurrahman bin 'Auf

Abdurrahman bin 'Auf dulunya bernama Abdul Ka'bah. Ia lahir dan berasal dari Bani Zuhra di Mekkah. Ia tumbuh dari kedua orang tua yang terpandang. Usianya tak bertaut jauh dari Rasulullah, hanya berjarak 10 tahunan. . Masa mudanya, ia termasuk orang yang disegani oleh banyak orang atas sebab ketampanan, kecerdasan, kewibawaan dan kedermawanannya. Dengan kecerdasan akal dan kebersihan hatinya, ia memperhatikan kehidupan sekitar dan merenungkan kehidupan jahiliah yang baginya tampak morat-marit, membuat bobrok martabat suku Quraisy. . Atas perenungannya, buah dari akalnya yaitu ia menginginkan adanya perubahan dari lingkungannya. Perubahan yang membawa kebaikan dan menaikkan martabat. Ia menanti-nanti, siapakah yang akan membawa perubahan tersebut. Hingga kemudian datanglah kabar untuk mentauhidkan Allah semata tanpa menyekutukan-Nya. Dan itu datang dari lisan Rasulullah. . Saat itu, Abdurrahman berusia 30 tahunan. Tak pikir panjang, ia langsung mengikuti apa yang did

Seri Sahabat Rasul: Zubair bin Awwam

Zubair bin Awwam dikenal sebagai "Hawari" Rasulullah, maksudnya adalah teman sejati yang siap menolong jalannya Rasulullah. Zubair adalah keponakannya Khadijah bintu Khuwailid dari jalur ayah (ayahnya adalah saudara dari Khadijah). Ia juga sepupu dari Rasulullah dan Ali bin Abi Thalib dari jalur ibu (ibunya adalah saudara ayahnya Rasul dan ayahnya Ali). Zubair menyatakan keislamannya saat berusia 15 tahun, melalui ajakan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Di awal pernyataan keislamannya, ia sempat diuji oleh penyiksaan pamannya. Pamannya bersikeras memaksa Zubair supaya kembali kufur dengan cara menggulungnya ke dalam tikar, lalu dipanaskan. Tapi dengan teguhnya, Zubair tetap mempertahankan keislamannya. Zubair adalah oang pertama yang menghunus pedang di jalan Allah . Dari Aurah dan Ibnu al-Musayyib keduanya berkata, “Laki-laki pertama yang menghunuskan pedangnya di jalan Allah adalah Zubair.” Peristiwa tersebut terjadi saat Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam  digang

Seri Sahabat Rasul: Thalhah bin Ubaidillah

"Siapa yang akan menghadapi mereka (orang-orang musyrik)?", tanya Rasulullah. . "Aku!", jawab Thalhah tanpa ragu-ragu. . Namun Rasulullah menyuruhnya untuk diam di tempat, dan membiarkan yang lainnya untuk maju melawan orang-orang musyrik. . Ketika satu per satu gugur, Rasulullah menanyakan pertanyaan serupa, "Siapa yang akan menghadapi mereka?". . "Aku!", jawab Thalhah yang menawarkan diri lagi. . Namun, Rasulullah masih tetap menahannya dan membiarkan yang lain untuk maju. . Pertanyaan serupa pun terus berulang seiring syahidnya satu per satu para sahabat yang ikut dalam Perang Uhud. Hingga yang tersisa hanyalah Rasulullah dan Thalhah.  . Maka giliran Thalhah-lah yang maju menghadapi beringasnya pasukan kaum musyrikin yang jumlahnya tiada tanding. Dia berusaha sekuat tenaga demi melindungi Rasulullah.  . Kepala telah terkoyak, gigi telah patah, wajah terluka parah, kakinya pincang, jari-jemarinya pun putus

Seri Sahabat Rasul: Ali bin Abi Thalib

http://instagram.com/aini_ufa Siapa yang tidak kenal Ali bin Abi Thalib? Terlebih kisah cintanya dengan Fatimah bintu Rasulullah. Melegenda di kalangan darah muda yang sedang dilanda cinta. "Aku tidak sesempurna Ali. Maka dari itu akupun tidak akan memaksamu untuk sesempurna Fatimah", "karena aku ingin seperti Fatimah yang cintanya tidak diduakan oleh Ali". Sebegitu melegendanya sampai-sampai banyak meme dan quotes tentang cinta mereka. Padahal dalam sejarah sahabat Rasul, Ali bin Abi Thalib lebih terkenal karena perannya yang besar dalam peperangan. Inilah yang jarang diketahui oleh para muda-mudi. Ali merupakan kerabat dekat Rasulullah. Beliau adalah sepupu sekaligus menantu Rasulullah. Di usianya yang masih 'bocah' sepantaran anak kelas 1 SD di negeri kita (7 tahun), Ali memberanikan diri untuk masuk Islam. Ya, bisa dibilang, Ali adalah bocah pertama yang masuk Islam. Karena semenjak kecil sudah ditanggung Rasulullah, Ali bin Abi Thalib t

Seri Sahabat Rasul: Utsman bin Affan

http://www.instagram.com/aini_ufa Apakah dari awal, Alquran memang sudah berbentuk kitab??? Pernahkah ada yang berpikir demikian? Alquran dulunya diturunkan perlahan-lahan, ayat per ayat, hingga ada dari para Sahabat Rasul yang menuliskannya ketika mereka telah mendengarnya dari Rasul mereka. Masih ditulis dalam lembaran-lembaran yang terserak (belum terkumpul). Lalu ada salah seorang sahabat yang dengan cerdasnya mengumpulkan lembaran-lembaran kalamullah yang telah sempurna pewahyuannya (semua ayat sudah selesai diturunkan) tersebut menjadi satu bindel, itulah Alquran. Sekarang bisa kita lihat, baca, pelajari dan mengajarkan Alquran yang sudah berupa kitab dengan mudahnya. Coba bayangkan jika kita membaca kalamullah berupa lembaran-lembaran yang belum disusun urutannya. Mampukah kita mengurutkannya? Belum lagi kalau-kalau ada lembaran yang hilang? Rumit sekali.. Jadi siapa sih Sahabat Rasul yang menyatukan lembaran-lembaran kalamullah hingga jadilah Alquran seperti yang

Seri Sahabat Rasul: Umar bin Khattab

http://instagram.com/aini_ufa Terkesima dengan keislaman salah satu sahabat yang dicintai Rasulullah. Umar bin Khattab namanya. . Jika membaca kisahnya, saya termasuk yang bertanya-tanya, "Bagaimana bisa yang dulunya memusuhi Islam, jadi salah satu yang ikut memeluk Islam?" . Pada masa kekufurannya, betapa bencinya Umar terhadap Islam, sampai-sampai ia mengerahkan kekuatannya untuk menyakiti kaum muslimin. Siapa yang tidak tahu tentang kekuatan Umar? Dia termasuk yang ditakuti oleh orang-orang Quraisy karena sifatnya yang keras dan garang. Apabila dia berbicara akan didengar, dan apabila memukul akan menyakitkan. . Heran kan? Kok bisa orang yang seperti ini, yang gampang menyakiti kaum muslimin, malah akhirnya ikut jadi muslim? . Setelah merampungkan membaca kisahnya, maka disitulah saya mengerti bahwa Qudrah Allah sangat mungkin untuk mengubah hati seseorang. Dari yang keras menerima kebenaran, menjadi lunak dan mudah untuk menerima kebenaran. Bukankah batu yang

Seri Sahabat Rasul: Abu Bakar Ash-Shiddiq

http://instagram.com/aini_ufa "Apakah Anda ingin agar aku menemanimu (berhijrah) wahai Rasulullah?"¹ "Wahai Rasulullah, ini adalah kedua kudaku yang aku persiapkan untuk hari ini (berhijrah)."¹ Sepenggal percakapan antara Abu Bakar dengan Rasulullah ketika hendak berhijrah. Betapa bahagianya Abu Bakar kala itu karena telah diizinkan untuk ikut berhijrah menemani Rasulullah. Bahkan tangisan Abu Bakar pun tak dapat ditahan, saking bahagianya. Jangan disamakan bahwa hijrah dari Mekah ke Madinah itu seperti hijrahnya kita ke luar kota yang amat mudahnya. Justru kebalikannya, amat sulit dan berbahaya hingga dapat mengancam nyawa. Harta, keluarga, anak-istri yang ia cintai sekalipun, rela untuk ia tinggalkan. Tak lain karena kecintaannya kepada Rasulullah lebih besar ketimbang hal tadi, tak terkecuali dirinya sendiri. Ia adalah lelaki (di kalangan sahabat) pertama yang memeluk Islam. Lelaki pertama yang Rasulullah cintai. Lelaki pertama yang mendapa

Hikmah dibalik Penciptaan Matahari

Dahulu, belum alam semesta masih berupa ruang kosong. Kemudian Allah menciptakan banyak hal untuk mengisi alam semesta seperti bumi dan seisinya, matahari, bulan, bintang dan lain-lain. Allah tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Allah menciptakan bumi untuk ditinggali makhluk-makhluk Allah, langit untuk menyangga bintang-bintang yang menghiasinya, hujan untuk menumbuhkan berbagai tanaman, matahari untuk memberi penerangan di siang hari. Allah menundukkan matahari supaya menyinari bumi sesuai apa yang Allah perintahkan. Matahari adalah salah satu bukti kekuasaan Allah yang demikian besar. Allah subhaanahu wa ta'ala berfirman yang artinya, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan." (Qs Fushilat : 37). Allah menjadikan matahari sebagai lampu raksasa yang menyinari seluruh jagad raya dan mengaturnya untuk tetap berada di orbitnya hingga waktu yang telah Allah tetapkan. Seperti yang Allah firmankan dalam Alquran Surat Yasin ay

Tak Perlu Marah

Abdullah tampak terburu-buru memasukkan alat tulisnya ke dalam tas karena khawatir telat ke sekolah. Abdullah membuka laci meja untuk mengambil pulpen miliknya. Tak kunjung ditemukan, Abdullah beralih ke laci sebelahnya, berharap akan menemukan puplennya di sana. Abdullah sedikit mengacak-acak isi laci, kemudian tiba-tiba... "Bruuukk!!!" "Ada yang jatuh. Oh crayonnya Aqila", kilah Abdullah. Sebelum meletakkan kembali kotak crayon Aqila ke laci, Abdullah sempat membuka kotaknya, lalu terkejutlah ia melihat isi crayon banyak yang patah. Belum sempat menceritakan ulahnya kepada mama dan Aqila, Abdullah buru-buru membereskan semuanya dan berniat untuk menjelaskan dan meminta maaf sepulangnya dari sekolah. *** "Kakak ya yang matahin crayon Aqila?", tukas Aqila sambil terisak, lalu melemparkan kotak crayon ke lantai hingga crayon-crayon jatuh berceceran. "Maaf dek, kakak tadi tidak sengaja. Kakak buru-buru mau berangkat sekolah. Maafin kakak y

Bermain Warna itu Menyenangkan

"Mama mau buat apa?", datang Abdullah yang melihat mamanya sibuk menata berbagai peralatan. "Ah ini kan buat kakak. Kakak tidak lupa kan jadwal kita hari ini?", tanya mamanya kepada Abdullah. "Ah iya ma. Abdullah mau diajarin tentang warna kan ma?", jawab Abdullah yang teringat akan perkataan mamanya semalam. "Iya sayang. Yuk kita mulai", ujar mamanya yang tampak siap memandu Abdullah memainkan perannya untuk mencampurkan berbagai warna. *** Alat dan bahan yang diperlukan yakni; cangkir, pasta/cat air warna primer yang terdiri dari merah, kuning dan biru, pipet, cutton bath, kertas label, pulpen dan air. Prosedur mencampur warna sebagai berikut; Pertama, menyiapkan tujuh buah cangkir  masing-masing berisi 10 tetes air. Kemudian memberi penomoran satu hingga enam pada cangkir. Kedua, menambahkan satu cutton bath pasta warna ke dalam tiap cangkir dengan aturan warna merah pada cangkir 1 dan 2, kuning pada cangkir 3 dan 4, biru pada

Berani Jujur dan Bertanggung Jawab

Pagi-pagi sekali, adik Abdullah yang bernama Aqila sudah merasa haus. Tak tahan dengan rasa hausnya, Aqila yang biasa meminta bantuan mamanya untuk diambilkan minum pun mencoba memberanikan diri untuk mengambil minum sendiri di dapur. Tangannya yang mungil hendak menggapai gelas di atas meja yang terlalu tinggi bagi Aqila. Kemudian dengan cerdiknya, Aqila mengambil kursi kecil di sudut ruangan sebagai pijakan untuk mengambil gelas yang letaknya di tengah-tengah meja. Gelas yang terletak di tengah-tengah meja membuat Aqila harus berusaha keras untuk meraihnya. Aqila terus menjulurkan tangan kanannya hingga ujung jari telunjuknya berhasil menyentuh gelas tersebut. Lalu perlahan-lahan jari-jarinya mulai menggeser gelas ke arahnya supaya lebih mudah di raih. Namun sayang, gelas yang digesernya tak sengaja terguling dan menimpa susu kotak hingga tumpah. Seketika meja dibanjiri dengan cairan susu yang berwarna putih. "Aduh gimana nih. Susunya tumpah semua. Aqila nanti dimarahin ma

Meneladani Sikap Rasulullah saat dicela

Setahun sudah Abdullah telah menyelesaikan kelas 3 SD. Tahun ini, Abdullah naik kekelas 4. Tidak ada yang berbeda dari Abdullah. Seragam, sepatu, tas, bahkan pensil yang dimilikinya pun tidak ada yang baru dan Abdullah tidak keberatan atas apa yang dimilikinya saat ini. Ketika sekolah sudah mulai masuk seperti biasanya, Abdullah berangkat dengan penuh percaya diri. Setibanya di kelas, ada salah satu temannya yang mengejek tas milik Abdullah. "Huuuu.. Tasnya lama. Tasnya lama", ejek temannya. "Eh apaan sih. Tasnya Abdullah aja masih kelihatan lebih bagus daripada tasmu!", bela Faris sambil menepuk pundak Abdullah. "Emangnya tasmu bagus apa?" "Sudah Faris. Biarkan saja", kata Abdullah yang berusaha untuk melerai pertengkaran. "Tapi kan dia ngejekin kamu", balas Faris. "Mamaku pernah bilang kalau balas mengejek itu tidak baik", ujar Abdullah. "Duduk aja yuk sambil nunggu bel masuk". Sepu

Liburan Berkesanku saat Daur Ulang

Liburan pekan lalu, keluarga Abdullah pergi berkunjung ke rumah nenek Abdullah yang berada di daerah pedesaan. Abdullah menyambut liburan dengan senang hati karena ia tahu akan bertemu sepupu-sepupunya di rumah neneknya. Setibanya di rumah nenek, usai bersilaturahim dengan kakek nenek, Abdullah langsung menemui salah satu sepupunya yang seumuran dengan Abdullah, namanya Akmal. "Akmal, main ke sawah yuk", ajak Abdullah. "Yuk. Aku bilang mamaku dulu ya", jawab Akmal setuju. Setelah mereka berdua mendapatkan ijin dari kedua orangtua mereka, mereka langsung menuju ke sawah yang tak jauh dari rumah nenek. Dari tempat mereka berdiri, terlihat sawah berwarna kuning kecoklatan. Abdullah dan Akmal perlahan mendekat, lalu tampak lah jelas yang mereka lihat adalah banyak kulit jagung kering berserakan di sawah. "Akmal lihat! Banyak kulit jagung. Main itu yuk", tawar Abdullah. "Mainnya gimana Abdullah?", tanya Akmal. Sambil menjelaskan bagaimana cara

Aku Belajar dari Burung

Pagi ini udara sangat sejuk dan burung-burung pun berkicauan dengan merdunya. Kemerduannya terdengar hingga ke ruang makan di rumah Abdullah. "Ma, ada suara burung. Mau lihat ya ma", pinta Abdullah kepada mamanya. "Nanti ya sayang. Diselesaikan dulu makannya, nanti kita lihat sama-sama", bujuk mamanya. "Iya ma", angguk Abdullah tanda setuju. Pagi itu usai sarapan, Abdullah bergegas menuju kebun di samping rumahnya. Abdullah mencari-cari dimana kah asal suara burung yang ia dengar tadi. "Mana ya burungnya?", ujar Abdullah dengan raut wajah yang terheran-heran karena belum menemukan satu pun burung. "Coba kita perhatikan di atas ranting pepohonan sayang. Mungkin burungnya terlihat di antara dedaunan pohon", usul mamanya kepada Abdullah. "Itu ma. Itu burungnya", tunjuk Abdullah dengan mengarahkan jari telunjuknya di pepohonan. "Burungnya kecil ma. Anak burung ya ma?", tanya Abdullah. "Memang ukurannya segi

Mama, Mengapa Bola Bisa Memantul?

"Teman-teman, main tangkap bola yuk", ajak Faris. "Asiiik", jawab Abdullah dengan penuh semangat. Mereka berenam pun mulai membentuk regu yang terdiri dari tiga orang. Faris berbeda regu dengan Abdullah. Bola yang dilempar Faris, melayang mendekati Abdullah. Namun sayang, bola yang ada di hadapannya pun melesat dari kedua telapak tangan mungilnya. Bolanya jatuh lalu memantul beberapa kali dan akhirnya menggelinding jauh ke luar lapangan. Melihat peristiwa bola memantul tersebut, Abdullah sedikit terkesan. Di dalam hatinya bertanya-tanya, "kenapa bolanya nggak langsung jatuh aja ya? Kenapa harus memantul dulu?". Sesampainya di rumah, rasa penasaran yang sedari tadi Abdullah rasakan akhirnya diceritakan kepada mamanya. "Ma, tadi Abdullah main tangkap bola sama teman-teman. Tapi Abdullah belum bisa nangkep bolanya. Soalnya si Faris ngelemparnya terlalu kenceng, jatuh deh bolanya", ujar Abdullah. Belum selesai menceritakan lanjutannya, maman

Kemuning Senja

Waktu berjalan seperti biasanya. Biasanya mama akan mengajakku berjalan-jalan di sore hari setelah aku selesai makan dan dimandikan mama. Aku sangat bahagia ketika diajak jalan-jalan mama, karena aku bertemu dengan teman-teman sebayaku. Walaupun aku belum bisa mengejar mereka, tapi aku tetap senang. Mama meletakkanku di lantai, aku pun bisa bebas merangkak kesana kemari, lalu aku melihat sesuatu "Mama lihat! Aku menemukan sesuatu." Sepertinya mama mengerti maksudku. Kemudian mama menghampiriku dan mendapatiku tengah memegang sesuatu. Aku belum tau itu apa, lalu mama memberi tahuku "dapet daun ya mas? Ini bukan makanan ya mas, boleh buat mainan tapi bukan untuk dimakan ya mas." "oh ini namanya daun." Aku berusaha mengingatnya, namun belum ingat-ingat juga. Aku ingin tahu bagaimana rasanya, tapi mama menghentikanku karena katanya itu bukan makanan. Hari semakin senja, mama pun hendak membawaku pulang. "tapi aku masih ingin di sini ma, masih mau m

Pelangi Indah dari Yang Maha Indah

Saat terbangun dari tidur lelapku, kubuka tirai jendela yang tepat berada di sebelah ranjangku. Ternyata kudapati tetesan hujan yang mengembun di balik jendela kamarku. "Oh habis hujan ya. Maa syaa Allaah begitu segarnya udara pagi ini." Belum sempat beranjak dari ranjang, aku masih asyik memandangi luar jendela. Ku tengok kanan-kiri, depan dan atas. Kemudian semburat senyum mulai menghiasi wajahku disaat ada yang menarik pandanganku. Meskipun sering kudapati setelah hujan, namun tetap saja membuatku selalu terpana akan keindahannya. "Pelangi yang Indah". Pelangi dengan warna-warninya yang menawan tentu ada yang menciptakannya. Mama pernah berkata kepadaku, "Inilah salah satu tanda kekuasaan Allah sayang. Dari tanda inilah, seharusnya kita bisa berpikir bahwasannya segala sesuatunya ada, bukan karna ada begitu saja melainkan pasti ada hikmah di balik keberadaannya". Kala itu aku masih agak bingung dengan yang diucapkan mama, meskipun dengan polosnya