"Siapa yang akan menghadapi mereka (orang-orang musyrik)?", tanya Rasulullah.
.
"Aku!", jawab Thalhah tanpa ragu-ragu.
.
Namun Rasulullah menyuruhnya untuk diam di tempat, dan membiarkan yang lainnya untuk maju melawan orang-orang musyrik.
.
Ketika satu per satu gugur, Rasulullah menanyakan pertanyaan serupa, "Siapa yang akan menghadapi mereka?".
.
"Aku!", jawab Thalhah yang menawarkan diri lagi.
.
Namun, Rasulullah masih tetap menahannya dan membiarkan yang lain untuk maju.
.
Pertanyaan serupa pun terus berulang seiring syahidnya satu per satu para sahabat yang ikut dalam Perang Uhud. Hingga yang tersisa hanyalah Rasulullah dan Thalhah.
.
Maka giliran Thalhah-lah yang maju menghadapi beringasnya pasukan kaum musyrikin yang jumlahnya tiada tanding. Dia berusaha sekuat tenaga demi melindungi Rasulullah.
.
Kepala telah terkoyak, gigi telah patah, wajah terluka parah, kakinya pincang, jari-jemarinya pun putus hanya menyisakan beberapa ruas saja, darah segar tak henti-hentinya mengalir dari tubuhnya. Rasa sakit yang tak bisa dibayangkan oleh kita. Berkali-kali jatuh pingsan dan bangun kembali ketika mengetahui ada yang hendak menyerang Rasulullah. Dengan sisa-sisa kekuatannya, Thalhah berusaha membawa Rasulullah ke arah bukit yang saat itu juga terluka parah. Maa syaa Allaah... Perjuangannya untuk melindungi Rasulullah teramat sangat hebat.
.
Pada peristiwa inilah, Thalhah dianggap syahid yang berjalan di atas muka bumi. Maksudnya, Thalhah sudah dianggap syahid sehingga memperoleh pahala syahid dan menyaksikan rumahnya di Surga, meskipun dia masih hidup.
***
Dengan kondisi tubuhnya yang tak lagi sempurna, Thalhah bin 'Ubaidillah tak putus semangat untuk ikut serta dalam perang lainnya. Pada perang Jamal, disinilah Thalhah benar-benar syahid meninggal dunia.
Komentar
Posting Komentar