Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Tak Perlu Marah

Abdullah tampak terburu-buru memasukkan alat tulisnya ke dalam tas karena khawatir telat ke sekolah. Abdullah membuka laci meja untuk mengambil pulpen miliknya. Tak kunjung ditemukan, Abdullah beralih ke laci sebelahnya, berharap akan menemukan puplennya di sana. Abdullah sedikit mengacak-acak isi laci, kemudian tiba-tiba... "Bruuukk!!!" "Ada yang jatuh. Oh crayonnya Aqila", kilah Abdullah. Sebelum meletakkan kembali kotak crayon Aqila ke laci, Abdullah sempat membuka kotaknya, lalu terkejutlah ia melihat isi crayon banyak yang patah. Belum sempat menceritakan ulahnya kepada mama dan Aqila, Abdullah buru-buru membereskan semuanya dan berniat untuk menjelaskan dan meminta maaf sepulangnya dari sekolah. *** "Kakak ya yang matahin crayon Aqila?", tukas Aqila sambil terisak, lalu melemparkan kotak crayon ke lantai hingga crayon-crayon jatuh berceceran. "Maaf dek, kakak tadi tidak sengaja. Kakak buru-buru mau berangkat sekolah. Maafin kakak y

Bermain Warna itu Menyenangkan

"Mama mau buat apa?", datang Abdullah yang melihat mamanya sibuk menata berbagai peralatan. "Ah ini kan buat kakak. Kakak tidak lupa kan jadwal kita hari ini?", tanya mamanya kepada Abdullah. "Ah iya ma. Abdullah mau diajarin tentang warna kan ma?", jawab Abdullah yang teringat akan perkataan mamanya semalam. "Iya sayang. Yuk kita mulai", ujar mamanya yang tampak siap memandu Abdullah memainkan perannya untuk mencampurkan berbagai warna. *** Alat dan bahan yang diperlukan yakni; cangkir, pasta/cat air warna primer yang terdiri dari merah, kuning dan biru, pipet, cutton bath, kertas label, pulpen dan air. Prosedur mencampur warna sebagai berikut; Pertama, menyiapkan tujuh buah cangkir  masing-masing berisi 10 tetes air. Kemudian memberi penomoran satu hingga enam pada cangkir. Kedua, menambahkan satu cutton bath pasta warna ke dalam tiap cangkir dengan aturan warna merah pada cangkir 1 dan 2, kuning pada cangkir 3 dan 4, biru pada

Berani Jujur dan Bertanggung Jawab

Pagi-pagi sekali, adik Abdullah yang bernama Aqila sudah merasa haus. Tak tahan dengan rasa hausnya, Aqila yang biasa meminta bantuan mamanya untuk diambilkan minum pun mencoba memberanikan diri untuk mengambil minum sendiri di dapur. Tangannya yang mungil hendak menggapai gelas di atas meja yang terlalu tinggi bagi Aqila. Kemudian dengan cerdiknya, Aqila mengambil kursi kecil di sudut ruangan sebagai pijakan untuk mengambil gelas yang letaknya di tengah-tengah meja. Gelas yang terletak di tengah-tengah meja membuat Aqila harus berusaha keras untuk meraihnya. Aqila terus menjulurkan tangan kanannya hingga ujung jari telunjuknya berhasil menyentuh gelas tersebut. Lalu perlahan-lahan jari-jarinya mulai menggeser gelas ke arahnya supaya lebih mudah di raih. Namun sayang, gelas yang digesernya tak sengaja terguling dan menimpa susu kotak hingga tumpah. Seketika meja dibanjiri dengan cairan susu yang berwarna putih. "Aduh gimana nih. Susunya tumpah semua. Aqila nanti dimarahin ma

Meneladani Sikap Rasulullah saat dicela

Setahun sudah Abdullah telah menyelesaikan kelas 3 SD. Tahun ini, Abdullah naik kekelas 4. Tidak ada yang berbeda dari Abdullah. Seragam, sepatu, tas, bahkan pensil yang dimilikinya pun tidak ada yang baru dan Abdullah tidak keberatan atas apa yang dimilikinya saat ini. Ketika sekolah sudah mulai masuk seperti biasanya, Abdullah berangkat dengan penuh percaya diri. Setibanya di kelas, ada salah satu temannya yang mengejek tas milik Abdullah. "Huuuu.. Tasnya lama. Tasnya lama", ejek temannya. "Eh apaan sih. Tasnya Abdullah aja masih kelihatan lebih bagus daripada tasmu!", bela Faris sambil menepuk pundak Abdullah. "Emangnya tasmu bagus apa?" "Sudah Faris. Biarkan saja", kata Abdullah yang berusaha untuk melerai pertengkaran. "Tapi kan dia ngejekin kamu", balas Faris. "Mamaku pernah bilang kalau balas mengejek itu tidak baik", ujar Abdullah. "Duduk aja yuk sambil nunggu bel masuk". Sepu

Liburan Berkesanku saat Daur Ulang

Liburan pekan lalu, keluarga Abdullah pergi berkunjung ke rumah nenek Abdullah yang berada di daerah pedesaan. Abdullah menyambut liburan dengan senang hati karena ia tahu akan bertemu sepupu-sepupunya di rumah neneknya. Setibanya di rumah nenek, usai bersilaturahim dengan kakek nenek, Abdullah langsung menemui salah satu sepupunya yang seumuran dengan Abdullah, namanya Akmal. "Akmal, main ke sawah yuk", ajak Abdullah. "Yuk. Aku bilang mamaku dulu ya", jawab Akmal setuju. Setelah mereka berdua mendapatkan ijin dari kedua orangtua mereka, mereka langsung menuju ke sawah yang tak jauh dari rumah nenek. Dari tempat mereka berdiri, terlihat sawah berwarna kuning kecoklatan. Abdullah dan Akmal perlahan mendekat, lalu tampak lah jelas yang mereka lihat adalah banyak kulit jagung kering berserakan di sawah. "Akmal lihat! Banyak kulit jagung. Main itu yuk", tawar Abdullah. "Mainnya gimana Abdullah?", tanya Akmal. Sambil menjelaskan bagaimana cara

Aku Belajar dari Burung

Pagi ini udara sangat sejuk dan burung-burung pun berkicauan dengan merdunya. Kemerduannya terdengar hingga ke ruang makan di rumah Abdullah. "Ma, ada suara burung. Mau lihat ya ma", pinta Abdullah kepada mamanya. "Nanti ya sayang. Diselesaikan dulu makannya, nanti kita lihat sama-sama", bujuk mamanya. "Iya ma", angguk Abdullah tanda setuju. Pagi itu usai sarapan, Abdullah bergegas menuju kebun di samping rumahnya. Abdullah mencari-cari dimana kah asal suara burung yang ia dengar tadi. "Mana ya burungnya?", ujar Abdullah dengan raut wajah yang terheran-heran karena belum menemukan satu pun burung. "Coba kita perhatikan di atas ranting pepohonan sayang. Mungkin burungnya terlihat di antara dedaunan pohon", usul mamanya kepada Abdullah. "Itu ma. Itu burungnya", tunjuk Abdullah dengan mengarahkan jari telunjuknya di pepohonan. "Burungnya kecil ma. Anak burung ya ma?", tanya Abdullah. "Memang ukurannya segi

Mama, Mengapa Bola Bisa Memantul?

"Teman-teman, main tangkap bola yuk", ajak Faris. "Asiiik", jawab Abdullah dengan penuh semangat. Mereka berenam pun mulai membentuk regu yang terdiri dari tiga orang. Faris berbeda regu dengan Abdullah. Bola yang dilempar Faris, melayang mendekati Abdullah. Namun sayang, bola yang ada di hadapannya pun melesat dari kedua telapak tangan mungilnya. Bolanya jatuh lalu memantul beberapa kali dan akhirnya menggelinding jauh ke luar lapangan. Melihat peristiwa bola memantul tersebut, Abdullah sedikit terkesan. Di dalam hatinya bertanya-tanya, "kenapa bolanya nggak langsung jatuh aja ya? Kenapa harus memantul dulu?". Sesampainya di rumah, rasa penasaran yang sedari tadi Abdullah rasakan akhirnya diceritakan kepada mamanya. "Ma, tadi Abdullah main tangkap bola sama teman-teman. Tapi Abdullah belum bisa nangkep bolanya. Soalnya si Faris ngelemparnya terlalu kenceng, jatuh deh bolanya", ujar Abdullah. Belum selesai menceritakan lanjutannya, maman

Kemuning Senja

Waktu berjalan seperti biasanya. Biasanya mama akan mengajakku berjalan-jalan di sore hari setelah aku selesai makan dan dimandikan mama. Aku sangat bahagia ketika diajak jalan-jalan mama, karena aku bertemu dengan teman-teman sebayaku. Walaupun aku belum bisa mengejar mereka, tapi aku tetap senang. Mama meletakkanku di lantai, aku pun bisa bebas merangkak kesana kemari, lalu aku melihat sesuatu "Mama lihat! Aku menemukan sesuatu." Sepertinya mama mengerti maksudku. Kemudian mama menghampiriku dan mendapatiku tengah memegang sesuatu. Aku belum tau itu apa, lalu mama memberi tahuku "dapet daun ya mas? Ini bukan makanan ya mas, boleh buat mainan tapi bukan untuk dimakan ya mas." "oh ini namanya daun." Aku berusaha mengingatnya, namun belum ingat-ingat juga. Aku ingin tahu bagaimana rasanya, tapi mama menghentikanku karena katanya itu bukan makanan. Hari semakin senja, mama pun hendak membawaku pulang. "tapi aku masih ingin di sini ma, masih mau m

Pelangi Indah dari Yang Maha Indah

Saat terbangun dari tidur lelapku, kubuka tirai jendela yang tepat berada di sebelah ranjangku. Ternyata kudapati tetesan hujan yang mengembun di balik jendela kamarku. "Oh habis hujan ya. Maa syaa Allaah begitu segarnya udara pagi ini." Belum sempat beranjak dari ranjang, aku masih asyik memandangi luar jendela. Ku tengok kanan-kiri, depan dan atas. Kemudian semburat senyum mulai menghiasi wajahku disaat ada yang menarik pandanganku. Meskipun sering kudapati setelah hujan, namun tetap saja membuatku selalu terpana akan keindahannya. "Pelangi yang Indah". Pelangi dengan warna-warninya yang menawan tentu ada yang menciptakannya. Mama pernah berkata kepadaku, "Inilah salah satu tanda kekuasaan Allah sayang. Dari tanda inilah, seharusnya kita bisa berpikir bahwasannya segala sesuatunya ada, bukan karna ada begitu saja melainkan pasti ada hikmah di balik keberadaannya". Kala itu aku masih agak bingung dengan yang diucapkan mama, meskipun dengan polosnya