HIDUPLAH MULIA DENGAN ISLAM (Bag. 1)
Ustadz Dr.
Khalid Basalamah, MA
بسم
الله الرحمن الرحيم
الصلاةوالسلام
على رسول الله صلى الله عليه والسلام
Prakata
Ada seorang anak muda muslim di Amerika yang bertemu dengan seorang
yahudi. Dia adalah teman kuliahnya. Saat jeda istirahat, si muslim berkata
kepada temannya yang yahudi. Berikut kurang lebih dialog antara mereka:
M: “Mungkin sekarang kalian menang untuk
menjajah wilayah kami di Palestina, sedangkan masih belum muncul kekuatan dari
kami untuk mengalahkan kalian. Akan tetapi kami yakin sebagai seorang muslim
mengenai hadits Nabi kami yang berbunyi: ‘ketika akhir jaman dimana saat dajjal
keluar, Isa akan turun dan akan terbunuh dajjal. Kemudian kalian akan
berserakan dan melarikan diri dari kaum muslimin hingga kalian bersembunyi di
bawah pohon dan di atas batu. Lalu pohon dan batu tersebut akan berbicara ‘hai
muslim! Ini yahudi, bunuhlah dia!’.
Y: (tertawa) “Kami pun mengetahui hadits Nabi
kalian itu. Akan tetapi yang mengalahkan kami bukanlah orang seperti kamu ini.
Umat Islam yang akan mengalahkan kami adalah umat Islam yang shalat subuhnya
laksana shalat jum’at (jama’ah shalat subuh, seramai jama’ah shalat jum’at
–penj.).”
Ternyata yahudi begitu paham jika umat Islam memenuhi rumah Allah ketika
subuh, maka mereka akan mampu untuk mengalahkan mereka. In syaa Allaah bagi
siapa saja yang menjaga shalat subuhnya, niscaya ia akan lebih mudah untuk
menjalankan perkara ibadah yang lainnya.
Bahasan
Mengaku Islam? Sudah tahu Islam itu Apa?
Perlu diketahui bahwa agama yang dibawa semenjak jaman Nabi Adam
‘alaihissallaam hingga Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wassallaam adalah
satu, yaitu Islam. Semua nabi membawa agama Islam, tidak ada satu pun yang
membawa agama lain.
Definisi Islam adalah siapapun yang menyerahkan dirinya kepada Allaah
seluruhnya, termasuk mengikuti dan mengimani seluruh perkara yang Allaah minta
untuk diimani. Ulama menggambarkan, pada jaman Nabi Musa ‘alaihssallaam, siapa
pun dari Bani Israil (turunan Nabi Ya’qub) maka beriman pada risalah yang
dibawa Nabi Musa ‘alaihissallaam termasuk mengimani siapa yang Allah suruh
untuk diimani yakni nabi lain yang sejaman dengan Nabi Musa, diantaranya Nabi
Khidr. Masing-masing dari mereka memiliki lokasi dakwah, dimana Nabi Musa berdakwah
di wilayah Mesir, sedangkan Nabi Khidr berdakwah di wilayah Turki. Bagaimana
pun juga, mereka dan pengikutnya dikatakan muslim.
Lebih dari satu Nabi yang hidup sejaman?
Apabila datang seorang Rasul baru sebelum Nabi Muhammad shallallaahu
‘alaihi wassallam dengan lokasi dakwah yang sama (selokasi dengan Nabi Musa
atau Nabi Khidr), maka setiap penduduk wajib beriman kepada Rasul yang baru.
Perlu dipahami perbedaan antara nabi dan rasul. Nabi adalah seorang utusan yang
bertugas untuk mengingatkan apa yang disampaikan oleh nabi dan rasul
sebelumnya. Sedangkan rasul adalah seseorang yang membawa risalah atau ajaran
baru yang menghapus ajaran sebelumnya. Allaah subhaanahu wa ta’ala mengutus
124.000 nabi diantaranya 313 rasul, sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah
riwayat yang shahih.
Pada jaman Nabi Musa ‘alaihissallaam, beliau berdakwah dari mulai
menjadi nabi hingga akhir hayatnya hanya khusus untuk Bani Israil saja. Siapa
pun yang mengikuti beliau sebelum datang rasul setelah beliau, maka mereka dikatakan
muslim. Ketika Isa ‘alaihissallaam datang, beliau adalah seorang rasul yang
juga berdakwah untuk Bani Israil di lokasi yang sama pula dengan Nabi Musa
‘alaihissallaam. Dalam hal ini, status Bani Israil adalah wajib mengikuti
risalah yang dibawa oleh Nabi Isa ‘alaihissallaam. Bagi siapa saja yang tidak
mengikuti risalah Nabi Isa ‘alaihissallaam pada jaman itu, maka ia sudah berada
diluar jalur Islam (kafir) karena ia tidak mengimani apa yang Allaah suruh
untuk diimani. Seperti yang terjadi antara kaum yahudi dan nashrani. Kaum
nashrani menganggap kaum yahudi kafir karena alasan yahudi tidak mengimani apa
yang diimani oleh nashrani yakni kedatangan nabi-nabi yang lain.
Yahudi dan Nasharani itu Ternyata…
Selama masa transisi antara kerasulan Isa ‘alaihissallaam dan sebelum
kerasulan Muhammad shallallaahu ‘alaihi wassllaam, orang-orang yang mengikuti
risalah Isa maka mereka dikatakan muslim. Sedangkan yahudi dan nashrani (yang
kebanyakan manusia pahami sebagai agama), sebenarnya pada jaman itu keduanya
hanyalah istilah saja. Yahudi diambil dari kata ‘huda’. Ketika itu dikisahkan
bahwa Nabi Musa ‘alaihissallaam meninggalkan kaumnya menuju ke Bukit Tursina
untuk mengambil kitab taurat. Sekembalinya dari Tursina, beliau mendapati kaumnya menyembah patung
sapi yang mereka buat. Pada saat Nabi Musa ‘alaihissallaam kembali dan marah
kepada mereka seraya mengatakan “mengapa kalian menyembah berhala?”, maka
mereka mengatakan “inna hudna ilaih (kami kembali kepada-Mu yaa
Allaah)”. Jadi kata-kata yahud atau huda, sebenarnya artinya adalah taubat atau
kembali kepada Allah. Maka dari itu, mereka menggunakan istilah itu untuk
menyebut mereka sebagai yahudi. Karena kata yahudi sudah melekat pada mereka,
maka Allaah menggunakan istilah ‘al-yahud’ untuk menyebut mereka.
Nashara berasal dari kata ‘anshar’ yang artinya penolong. Dulunya
ketika jaman Nabi Isa ‘alaihissallaam, mereka termasuk muslim. Lalu ketika Nabi
Isa ‘alaihissallaam hendak berjihad, dijelaskan dalam akhir surat Ash-Shaf
disebutkan bahwa Nabi Isa bertanya pada pengikut-pengikutnya “man anshaariy
ilallaah (siapa yang hendak menjadi penolong agama Allaah)?”. Kemudian dari
situlah keluar istilah “nashara”. Nashara bukanlah sebuah agama, karena
penyebutannya sejak awal hanyalah berupa istilah. Karena nashara sudah sangat
melekat bagi mereka, maka Allaah menyebut mereka nashara di dalam ayat-Nya.
Pengkhususan Bagi Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihisallaam
Rasul-rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi
wassallaam hanya dikhususkan untuk kaum mereka masing-masing. Sedangkan
Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wasallaam diutus untuk seluruh alam semesta.
Pada masa sebelum kerasulan Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wassallaam,
nabi-nabi dan rasul-rasul yang hidup di satu jaman yang sama tetapi lokasi
dakwah mereka berbeda. Telah disebutkan di atas mengenai kisah Nabi Musa
‘alaihissallaam dan Nabi Khidr ‘alaihissallaam. Kisah lain juga terjadi antara
Nabi Ibrahim ‘alaihissallaam dan Nabi Luth ‘alaihissallaam. Nabi Ibrahim
‘alaihissallaam memiliki tiga lokasi dakwah yakni di Babilonia (Iran),
Palestina (Syam), dan Mekah. Sementara Nabi Luth ‘alaihissallaam yang merupakan
keponakan beliau, memiliki lokasi dakwah di Yordania yang saat ini telah
menjadi Laut Mati karena pada jamannya Allaah telah menyiksa kaumnya akibat
dosa besar yang dilakukan oleh kebanyakan kaumnya. Kemudian Nabi Isa
‘alaihissallaam yang sejaman dengan Nabi Yahya ‘alaihissallaam (sepupunya Nabi
Isa) dan Nabi Zakaria ‘alaihissallaam. Kisah mereka telah disebutkan di dalam
surah Al-Imran.
Ada hal menarik terkait lokasi dakwah tiap nabi dijamannya. Antara
lokasi dakwah Nabi Musa ‘alaihissallaam dan Nabi Khidr ‘alaihissallaam,
letaknya bersebelahan yakni hanya dibatasi oleh Laut Merah. Begitu halnya
dengan lokasi dakwah Nabi Ibrahim ‘alaihissallaam dan Nabi Luth ‘alaihissallaam
yang merupakan daerah perbatasan.
Setelah diutusnya Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wassallaam, maka
dihapuslah batas wilayah dakwah sehingga dakwah Rasulullaah shallallaahu
‘alaihi wassallaam mencakup seluruh wilayah. Beliau tidak diutus kecuali untuk
memberikan petunjuk tanpa melihat asal beliau, karena yang menjadi patokan
adalah bahwa Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wassallaam diutus sebagai nabi
dan rasul terakhir (penutup bagi nabi-nabi dan rasul-rasul lain). Sehingga
wajib mengikuti dan mengimani risalah beliau bagi seluruh penduduk di muka bumi
ini dimanapun mereka berada, dari suku manapun dengan bahasa apa pun. Maka bagi
mereka yang mengikuti dan mengimani risalah Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi
wassallaam, diberi predikat muslim karena keimanannya terhadap seluruh perkara
yang Allaah suruh untuk diimani.
Islam Bukanlah Agama Baru!
Islam merupakan agama para nabi, termasuk agama Nabi Adam
‘alaihissallaam. Hanya satu agama yang diterima oleh Allaah yaitu agama Islam.
Allaah subhaanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ
أُوتُوا الْكِتَابَ إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ
وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah
Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah
datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah
maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
[Qs. Al-Imran (3): 19]
Mengapa predikat Islam baru muncul saat masa kenabian Muhammad
shallallaahu ‘alaihi wassallaam? Jawabannya adalah karena Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wassallaam
merupakan penutup para nabi.
Tidak ada perselisihan dari ahli kitab (yahudi dan nashrani) tentang
kebenaran risalah yang dibawa oleh Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wassallaam.
Namun, mereka dimurkai oleh Allaah atas sebab tidak mengikuti risalah
Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wassallaam padahal mereka mengetahui. Ibnu
Abbas radiyallaahu ‘anhu (dikenal dengan ulamanya para sahabat) menafsirkan surat
Al-Fatihah ayat terakhir. Beliau mengatakan, yang dimaksud dengan “الضَّالِّينَ” adalah
yahudi dan nashrani. Dalam ayat lain, Allaah subhaanahu wa ta’ala menyebut
mereka dalam firman-Nya:
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ
أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ
يَعْلَمُونَ
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al
Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya
sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian
di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka
mengetahui.
[Qs. Al-Baqarah (2): 146]
Bersambung PART 2
-------------------------------
Dicatat
pada 13-14 Februari 2016,
Oleh Ummu
Khoirunnisa
Komentar
Posting Komentar