Bukan karna Parfum
Semarang, 09
Oktober 2014
Jika wewangian yang dibicarakan, bisa
jadi kebanyakan orang akan menggambarkannya dalam wujud bunga atau bisa juga
parfum yang banyak beredar dimasyarakat. Memang tak asing apalagi sesuatu yang
baru. Ketika ditanya, “wangi banget sih, pakai parfum apa?”, lagi-lagi wangi
itu biasa menunjukkan aroma parfum.
Tapi, wangi tak selalu dalam bentuk
wujud di dunia. Pernahkah satu dari kita mencium wangi surga? Pernah mencium
aroma persahabatan yang diridhoi-Nya? Atau mungkin pernahkah kita mencium aroma
wanginya orang berpuasa? Tentu tak satupun dari kita bisa menciumnya, karna
wangi-wangi itu berwujud di akhirat bukan di dunia, jadi wajar jika organ
penciuman (hidung, penj.) kita tak menangkap aroma tersebut.
Ketika seseorang baru pertama kali
akan membeli parfum, tentulah orang tersebut akan menggunakan organ
penciumannya untuk mengetahui aroma parfum yang cocok untuk dirinya (sesuai
kesukaannya). Berbeda saat seseorang hendak memulai pertemanan dengan orang
lain. Ia tidak menggunakan organ penciuman sebagai alat utama dalam mengetahui
orang lain. Tetapi dia hanya melihat dan merasakan perilaku orang lain.
Ketahuilah, meski keterbatasan
manusia dalam melihat dan menilai seseorang, manusia masih tetap bisa
memutuskan yang terbaik untuk dirinya. Memilih teman jangan disamakan seperti
memilih parfum. Meski kita bisa memilih sesuka hati dan menganggap bahwa
pilihannya sudah yang terbaik, jangan langsung senang, karna tetap pilihan
terbaik dari yang terbaik tak lain berasal dari pilihan-Nya.
Pernahkah kau membaca sebuah hadits
yang isinya,
Rasululloh
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Permisalan
teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu
minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun
tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa
jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak, engkau tetap
mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628).
Dalam hadits tersebut
jelas menggambarkan peran dan dampak seorang teman. Kita yang dianugerahi
penciuman yang normal, tentunya lebih memilih bau minyak wangi ketimbang bau
asap pembakaran yang menjengkelkan. Sebagaimana kita juga dianugerahi akal
untuk bisa memilih yang baik-baik. Maka jika demikian, pilihlah ia karna
agamanya. Selanjutnya pilihlah karna akhlaknya yang mana jika engkau
melihatnya, ia akan mengingatkanmu pada akhirat, mengingatkanmu pada-Nya,
membuatmu merasa tenang ketika bersamanya.
Janganlah memilih teman
hanya sekedar dia asyik untuk diajak bercanda, bermain, dan makan bersama yang
mana hal-hal yang dilakukan bersamanya lebih banyak yang melalaikan, kemudian
tanpa sadar engkau menyukai hal tersebut dan membiasakan diri hingga kau
menjadi kabur akan perkara yang baik. Beginilah yang dinamakan terkena percikan
api dari pandai besi dimana dirimu juga akan turut mengikuti kebiasaannya yang
melalaikan dari mengingat-Nya.
Duhai sang pemilik
akal, akhirat itu nyata. Mengapa engkau seolah-olah menghindar darinya begitu
kau berkumpul dengan teman-temanmu itu? Begitu buruknya ketika kau
mengesampingkan rasa takutmu kepada Alloh saat kau asyik bermain dan bercanda
bersama mereka. Dimanakah rasa takutmu itu?
Duhai sang pemilik akal, jika engkau ingin merasakan kenyamanan hidup di
dunia dan akhirat, lebih baik memiliki teman yang senantiasa menuntunmu kepada
kebaikan, dialah teman yang baik untukmu, teman yang istimewa dari-Nya. Meskipun
ketika di dunia engkau merasa tertekan bersamanya karna terus-terusan diajak
untuk beribadah, tapi justru ia akan mengajakmu ke Surga bersama yang nantinya
engkau akan sangat berterima kasih kepada Alloh atas teman yang engkau miliki.
Duhai sang pemilik akal, akal yang sehat akan menuntunmu untuk memilih
teman akhirat ketimbang teman dunia. Maka wujudkanlah.
Tinta hitam yang
tergores di atas kertas putih, begitu pekat dan tembus ke bawah
Akan semakin bertambah
pekat karna goresan tinta hitam lainnya,
Sekarang kertas putih tak
lagi jelas sebagai alasnya.
Bahkan semakin dalam
dan menodai.
Selagi bisa,
Sobek kertas ternoda
itu,
Ganti dengan kertas
putih setelahnya,
Dan tahan dari tinta
hitam,
Sehingga kertas putih
itu selamanya kan putih tanpa noda.
--Ummu Khoirunnisa--
Komentar
Posting Komentar